Beranda | Artikel
Semua Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Tidak Boleh Dicela Sedikitpun
Minggu, 19 Januari 2014

Tidak sedikit kita lihat ada tulisan dan suara sumbang yang mencela dan memaki para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal mereka sudah mendapat persaksian generasi terbaik dari Allah dan Rasul-Nya. Bahkan ada di antara mereka yang sudah dijamin masuk surga. Sebagian orang yang tidak bertanggung jawab mencari-cari kesalahan para sahabat atau mencari ketergelincirannya atau mecari-cari kesalahan yang jika dibandingkan dengan kebaikan dan jasa mereka sangat tidak sebanding,kebaikan mereka yang sangat banyak bisa menutupi kesalahan yang sedikit.

Bagi mereka yang mencela para sahabat, kita  tanya kepada mereka? Apa sumbangsih mereka terhadap Islam? Apakah hanya mencela saja? Kalau kita telusuri juga ternyata mereka juga banyak melakukan kesalahan dan maksiat. Dan ternyata, mencela dan menjatuhkan para sahabat adalah salah satu cara menjatuhkan Islam, karena yang membawa dan menyebarkan ajaran Islam adalah para sahabat. Jika yang membawa saja sudah bermasalah, apalagi ajarannya?

 

Siapa itu sahabat?

Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata, “Siapa saja dari kalangan kaum muslimin, yang pernah menyertai dan melihat Rasulullah, maka ia terhitung sahabat nabi”. (Shahih Bukhari)

Ibnu Taimiyyah membawakan perkataan Imam Ahmad rahimahullah, (sahabat adalah) “Siapa saja yang menyertai Rasulullah setahun, sebulan, sehari, atau sesaat, atau melihat beliau, maka ia termasuk sahabat Nabi. Derajat masing-masing ditentukan menurut jangka waktunya menyertai Rasulullah” (Majmu Fatawa IV/464)

Termasuk sahabat walaupun sempat murtad kemudian masuk Islam lagi. ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Adapun yang murtad dari Islam sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , atau setelah ia bertemu beliau kemudian kembali masuk Islam dan bagus keislamannya, seperti al-‘Asyats bin Qais, ‘Amru bin Ma’dikarib dan selainnya, maka tanpa diragukan lagi, mereka masih termasuk sahabat, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَسْلَمْتَ عَلَى مَا سَلَفَ لَكَ مِنْ خَيْرٍ

“engkau telah masuk Islam dengan membawa kebaikan yang dahulu engkau kerjakan.” (Al-Ihkam 5/89)

Perlu dicatat, sahabat tidak harus melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana sahabat yang buta yaitu Ibnu Ummi Maktum radhiallahu anhu, mereka yang berkumpul dan beriman serta meninggal dalam keimanan. (Fatwa.Islamweb.net)

 

Kemulian sahabat

-mereka adalah sebaik-baik umat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

– sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunai kedudukan istimewa di sisi Allah Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka jannah-jannah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (at-Taubah/9 ayat 100)

Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

إِنَّ اللهَ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ، فَوَجَدَ قُلُوْبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ

“Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba-Nya. Allah mendapati hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hati yang paling baik, sehingga Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati para sahabat beliau adalah hati yang paling baik. Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela agama-Nya. Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah.” (HR. Ahmad dalam al-Musnad, shahih)
-larangan mencela sahabat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

“Janganlah mecela sahabatku! Janganlah mencela sahabatku! Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, meskipun kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan dapat menyamai satu mud sedekah mereka; tidak juga separuhnya.” (HR Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَ المَلاَئِكَةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Barang siapa yang mencela sahabatku, maka atasnya laknat Allah, laknat malaikat dan laknat seluruh umat manusia.” (HR. ath-Thabrani dalam Mu’jamul-Kabir, hasan)

Dan masih banyak keutamaan dan kemuliaan para sahabat yang lainnya. Hendaknya kita berusaha mengenal mereka dan menjadikan mereka tauladan dalam kehidupan dan beragama.

 

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam

 

@Rumah Sakit Mitra Sehat, Wates, Yogyakarta Tercinta

Penyusun:   Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 

silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan   follow twitter

 


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/semua-sahabat-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-tidak-boleh-dicela-sedikitpun.html